Limbukan dan Goro-goro, menjadi salah satu hiburan agak spesial pada saat wayangan digelar. Di saat itu pula sang dhalang kadang menambahkan dagelan atau penyanyi (bukan sindhen) untuk membuat acara makin gayeng. Limbuk dan Cangik datang lebih awal, Sementara Goro-goro (Punokawan) datang di sesi kedua dan lebih larut.
Adegan Limbukan pada pagelaran wayang kulit
Kala kisah, kejadian, lakon lagi asyik atau malah memanas--menegangkan, marai kemutuk bin tensi tinggi, di saat itu pula malah penyegar suasana datang, dengan perantara Limbukan maupun Goro-goro. Durasi mereka (Limbukan dan Goro-goro) menghibur pun, kadang cukup lama dimainkan oleh dhalang. Mungkin ben ra patio spaneng dan baper atas tensi yang terjadi pada lakon.
Barangkali demikian juga berlaku pada kehidupan di luar pakeliran. Sengaja--nggak sengaja hiburan itu datang, kalo dirasa-rasain ☺. Kembali ke Limbukan, Cangik dan Limbuk menghibur penuh totalitas; guyonan tetembangan sampai jejogedan komplit tanpa pandhang bulu siapa yang dihibur dan tanpa tedheng aling-aling (haish..,) semua rata.
Ada kalanya di saat semua tempo terasa menaik, perlu menemukan sebuah kelucuan atau suatu hiburan. Kalo gak
lucu dan menghibur ya dianggep lucu gitu yak, setidaknya sekedar menghibur diri
sendiri.Yuk mari dilanjut kembali rutinitasnya, dan jangan lupa limbukan ya.
EmoticonEmoticon